UIN sandang nama perpustakaan Gus Dur. Pantaskah (?)

Unknown Reply 05.59
Nama Gus Dur memang tidak asing bagi masyarakat Indonesia. Nama Gus Dur juga masuk dalam rentetan tokoh besar dunia lainya. Di kampus saya kebesaran nama Gus Dur diabadikan dalam salah satu gedung penting dalam lingkungan kampus, yakni perpustakaan KH. Abdurrahman Wahid. Sejak 2011 silam nama besar Gus Dur resmi menjadi nama besar perpustakaan kampus UIN Malang. Namun hingga kini selama saya menuntut ilmu di UIN dan mengunjungi perpustakaan UIN belum saya temukan semangat dan karakter Gus Dur baik dilingkungan kampus maupun perpus.

Inisiatif memberi nama Gus Dur sebagai nama gedung di UIN selain sebagai tradisi yang ditancapkan oleh mantan rektor Prof. Imam Suprayogo dalam mengabadikan nama-nama mantan presiden republik Indonesia pada bangunan gedung di UIN Malang. Penamaan Abdurrahman Wahid menyimpan harapan dan impian besar.

Pada saat peresmian nama gedung dihadiri langsung oleh bu Shinta Nuriyah beliau berharap Gagasan menjadikan nama Gus Dur sebagai nama perpustakaan ini, semoga mampu menjadi obor yang menjadi sumber penerangan, inspirasi dan juga energi bagi ilmu pengetahuan dan pemikiran agama. Tidak hanya itu semangat meneladani Gus Dur juga semoga dapat terbangun pada mahasiswa UIN Malang.

Hingga hari ini harapan itu nampaknya belum terlihat hadir bila kita melihat aktivitas dan kualitas perpustakaan UIN Malang. Semangat Gus Dur salah satunya dapat dipelajari lewat karya-karya beliau semasa hidup. Namun di perpustakaan Gus Dur sayangnya sangat minim literatur otentik karya Gus Dur. Hal ini menjadi klise antara harapan besar dibalik nama Gus Dur dan kenyataan ketersediaan literatur karya beliau. Kita juga mengenal sosok Gus Dur lewat semangat membacanya yang tinggi. Sangat disayangkan dari ribuan mahasiswa UIN Malang yang melewatkan untuk sekedar mampir membaca diluar tugas kuliah sangat minim. Apalagi dalam konteks membudayakan tradisi membaca dan menulis dikalangan mahasiswa jika para dosenya saja krisis teladan. Sosok Gus Dur juga dikenal sebagai tokoh yang membebaskan baik dalam konteks kemanusiaan maupun keilmuan. Sayangnya lagi, buku-buku di perpustakaan Gus Dur terbatas pada batasan ideologi yang terbilang 'normatif' dikalangan mahasiswa PTAIN. Buku-buku di perpustakaan juga kurang up to date dalam mengikuti perkembangan keilmuan, sangat kontra spirit sosok Gus Dur yang reformis dalam hal pengetahuan. Terlebih eksklusifisme pemikiran para dosen UIN Malang dalam menerima perkembangan wacana yang berseberangan dengan ideologi masing-masing.

Maka dengan beberapa hal yang kurang ideal diatas adalah sebuah tanda tanya besar atas nama Gus Dur di perpustakaan UIN Malang. Apakah hanya sekedar formalitas karena Gus Dur mantan presiden ataukah hanya sekedar numpang keren tanpa sebuah nilai yang membekas dalam aktivitas sosial dan pembelajaran di UIN Malang. Itu semua bukanlah tugas rektor atau pejabat kampus lainya. Semuanya adalah tanggung jawab bersama. Tidak ada kata terlambat dalam melakukan perubahan sosial jika kesadaran kolektif terbangun dan saling bahu membahu membenahi diri kita dan lingkungan kita. Bukankah itu yang diajarkan Gus Dur pada kita masyarakat Indonesia.?
Wallahu A'lam.

Malang-21-10-2015
Kriwul coffee

Related Posts

Artikel 1636141801992595744

Posting Komentar

Search

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Pengikut