Jejak Imperialis

Unknown Reply 22.25



“Arus bergerak dari seletan ke utara, segalanya : kapal-kapalnya, manusianya,   amal perbuatanya dan cita-citanya, semua bergerak dari Nusantara di selatan           ke ‘Atas Angin’ di utara.”-Pramoedya Ananta Toer-

“Nak Negeri kita ini kaya gema rimpah loh jinawe kata nenek-nenek kita dulu. mana ada negeri yang tanahnya sesubur negeri kita yang segala tanaman bisa tumbuh dengan mudahnya, dan luasnya lautan sebagai sumber kehidupan” cerita seorang kakek kepada cucunya dalam keheningan malam yang membisu..
“kek, apa nenek moyang kita dulu sekolah sehingga negeri kita bisa maju”
“hari sudah malam nak, besok kakek jawab pertanyaanmu sekarang kamu tidur dulu tentunya kamu lelah setelah seharian membantu kakek menjahit bendera”
“iya kek, tapi kakek janji besok ceritakan bagaimana nenek moyang kita belajar dulu kakek pernah bercerita tentang kerajaan-kerajaan jawa begitu besar berdiri dan ditakuti dengan masyarakatnya yang makmur”
“InsyaAllah kakek akan ceritakan nak, seperti halnya buyutmu[1] dulu mendongengkan cerita itu pada kakek. sebelum gelapnya malam menidurkan mata setiap orang di Negeri kita”
Malam memekat dalam kehangatan sinar rembulan, di dalam gubuk tertidur seorang pria tua bersama cucunya diterangi lentera diatas meja. Sejak kecil anak itu dibesarkan oleh kakeknya. orang tuanya adalah korban tragedi G30 S PKI, tragedi berdarah yang merenggut nyawa ibu dan bapak sang anak, yang sampai saat ini belum ada pihak yang  bertanggung jawab atas sejarah rezim digdaya. Selain Faktor ekonomi yang membuat si anak  tidak mengenyam pendidikan sekolah, juga keinginan sang kakek agar cucu semata wayangnya tumbuh menjadi manusia yang bebas bermodal dongeng pengantar tidur sikakek dapat mengajarinya tentang makna kehidupan yang mungkin tidak diajarkan disekolahan sebagaimana dia mendapat pelajaran lewat dongeng-dongeng dari orang tuanya dulu.
“Kek hari ini hasil berlayar kita sangat sedikit, ikan-ikan tiada nampak dipermukaan . mana cukup untuk membeli beras untuk kita makan hari ini”
“Tuhan tidak tidur nak, syukuri seadanya karena rasa syukur kita akan menambah rizki, dan  rasa tidak bersyukurnya kita atas rizki hanya adzabNya yang akan kita dapat”
“Iya kek maafkan saya”
“Istighfar nak, Tuhanmu maha pemberi ampun, ayo kita pulang kita masak hasil ikan yang kita dapat”
Orang-orang pulau memang mengantungkan hasil laut sebagai mata kehidupanya. Bukankah semasa jayanya majapahit, Nusantara merupakan kesatuan maritim dan kerajaan laut terbesar di antara bangsa-bangsa beradab lainya. Lantas kenapa sekarang laut seakan tak terjaga banyak sampah kontaminasi limbah dimana-mana. tak seindah saat Tuhan menciptakanya untuk orang Indonesia, wajar jika bencana Tsunami mengingatkan kita untuk bersyukur dan menjaga bumiNya.
“kek teman-teman mainku bercerita, katanya mereka mendapat teman banyak, buku-buku, dan diajari baca tulis oleh guru disekolahaan mereka, aku ingin sekolah kek seperti mereka aku dibilang terbelakang buta huruf aku malu kek”
“Nak bukanya kakek melarang, tapi untuk makan sehari-hari saja kita kesusahan mana mungkin kakek bisa membiayaimu bersekolah jika SPP nya saja hanya orang kaya yang bisa membayar, kamu tidak terbelakang nak. kakek selalu menceritakan kepadamu tentang sejarah jawa, Nusantara, sampai Indonesia Berdiri sebagai Negara merdeka. technologi bukanlah tolak ukur kemajuan nak[2], kamu juga tidak buta huruf bagaimana kamu dibilang buta huruf kalau kamu mampu membaca Al-Qur’an dengan fasih, mampu membaca aksara jawa yang mungkin mereka tidak mengenalnya di sekolah”
“tapi mereka tetap mengatakan aku buta huruf kek, karena aku tidak bisa membaca huruf latin yang biasa mereka baca bahkan saat ini sudah menjadi huruf dalam bahasa resmi Indonesia”
“Nak itu semua adalah dogma orang barat, mereka datang di bumi kita untuk menjajah dan memasukan kebudayaanya, 3 setengah abad ibu pertiwi di injak-injak kita menjadi budak di Negeri kita sendiri nak, peradaban kita digeser mulai dibangun peradaban barat[3], peradaban para koloni, termasuk mengatakan orang yang tidak bisa membaca huruf latin adalah ortodok dan buta huruf, sedangkan nenek moyang kita sudah mempunyai huruf sendiri dan pandai membaca huruf Arab”
“tapi kata orang-orang pintar di negeri kita, kalau kita tidak sekolah akan bodoh, miskin, dan terbelakang kek”
“Nak, ketakutan itu hanyalah doktrin dari penjajah, buktinya apakah sebelum didirikanya lembaga sekolah di hindia belanda[4] nenek moyang kita tidak punya peradaban, kerajaan-kerajaan Nusantara berdiri tegak dengan masyarakat yang makmur sejahtera, candi-candi yang masih ada saat ini sebagai saksi sejarah bahwa kita punya peradaban besar sebelum para koloni datang dengan kebudayaanya. Sekolah adalah bagian politik ethik[5] belanda nak agar membuat kerdil bangsa kita dan membuat belanda sebagai superior dengan segala kemajuan sains dan technology nya”
“terima kasih kek, aku sekarang jadi tahu bahwa tidak semua hal yang terlihat baik dibarengi dengan niat baik pula, aku juga tidak lagi minder bergaul dengan teman-temanku yang bersekolah, aku punya guru hebat yang mengajariku bukan hanya soal duniawi namun juga kelak dikehidupan yang sebenarnya, aku bangga punya kakek aku bangga jadi anak Indonesia yang kaya alam kaya peradabanya”
“iya nak, hakikat dari pengetahuan itu tidak cukup hanya dengan tendensi rasio          perlu juga dibangun religiusitas sehingga intuisi menyeimbangi rasio nak. Belajarlah sejarah agar kelak kamu bijak dalam mengambil langkah kedepanya. Thomas Stamford raffles seorang gubernur jendral (1811-1816) pada masa hidia belanda hatinya telah tertambat di tanah jawa hingga mengadakan reaserch atas kebudayaan jawa[6], bagaimana kita tidak bangga atas kebudayaan para leluhur kita bila koloni saja mengaguminya. Nak, jika tubuh kakek yang tua ini mati, biarlah, tapi jangan biarkan Negara dengan kekayaan peradabanya ini mati oleh jejak-jejak kolonialisme yang mengakar dibumi Nusantara.”



[1] Buyut : Bahasa Jawa yang berarti orang tua si kakek
[2] Ciri masyarakat industri
[3] Teori hegemoni Antonio Gramsci : penguasaan budaya satu bangsa terhadap bangsa lainya
[4] Nama Indonesia dibawah jajahan belanda
[5] Politik balas budi yang digunakan belanda dengan membangun lembaga pendidikan sebagai sarana memoderenkan kaum pribumi
[6] Hasil researchnya di Bukukan “The History of Java”
melegenda menjadi kajian jawa paling rinci dengan keotentikan data

Related Posts

cerpen 4892874894021898625

Posting Komentar

Search

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Pengikut