'Menjual' Gus Dur

Unknown Reply 23.26
Tradisi mengagumi tokoh dapat dikapitalisasi dalam mendapat pundi-pundi rizqi. Hal ini banyak dilakukan oleh kecenderungan manusia abad 21. Termasuk eksistensi dan pengaruh tokoh dapat dilihat dari seberapa besar tokoh tersebut dikomersilkan oleh pengagumnya. Contoh sederhana sudah berapa exlemprar buku dan marchindise tentang Soekarno di Indonesia.?

Namun tokoh yang ingin penulis bahas kali ini adalah Gus Dur. Berawal saat menikmati kopi dengan teman-teman Gusdurian. Terdapat inisiatif dalam rangka menyebarluaskan Gus Dur dan pemikiranya lewat menjual buku-buku beliau, dan marchindise yang inspiring bagi pengagum beliau. Agenda menjual Gus Dur ini bukanlah kali pertama digagas oleh teman-teman Gusdurian. Sudah berapa banyak para penulis dan industri konveksi yang mendapat rizki dari agenda tersebut. Bila dipandang dari segi positif akan nampak betapa Gus Dur bukan hanya memberi manfaat bagi masyarakat semasa beliau hidup saja, namun pasca kematian beliau pun masih memberi maslahat bagi masyarakat luas. Dilihat dari jumlah pedagang di kompleks pemakaman Tebuireng yang tidak terhitung jumlahnya, mereka bak ketiban berkah dari kebesaran pengaruh dan kharisma sang Guru bangsa.

Istilah menjual Gus Dur mungkin dinilai kurang etis bila dilihat dari segi etika. Namun apalah makna sebuah istilah jika niatan yang baik menyertainya. Bagi saya pribadi, para 'penjual' Gus Dur ibarat santri yang mengharap barokah dari kyainya. Tentunya niatan yang baik dan hasil rizki yang ditasharufkan dijalan yang benar adalah pelengkap keberkahan.
Upaya teman-teman Gusdurian dalam mengumpulkan hasil tulisan tentang 9 nilai Gus Dur dari beragam prespektif adalah bentuk kontribusi peluasan khazanah pemikiran dan ranah praktik dalam meneladani Gus Dur.

'Menjual' Gus Dur bukanlah sekedar mencari pundi-pundi rupiah dengan menjadikan Gus Dur sebagai obyek jualan, Seperti industri kapital berjalan. Namun project ini bukan sekedar berdalih tanpi arti. Proyeksi akan concernt dalam menyebarluaskan pemikiran Gus Dur  dan hasilnya sebagai fondasi finansial organ. Semangat kemandirian ini yang harus dipupuk dan dikembangkan dalam strategi-strategi kreatif, inofatif dan memberi kemanfaatan bersama. Tanpa harus meniru kerja kapitalisme bukan.?
Gitu aja kok repot
Malang-26-10-2015

Related Posts

Artikel 2558489010623114648

Posting Komentar

Search

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Pengikut