Gus Dur tidak perlu ‘dibela’

Unknown Reply 00.44



KH. Abdurrahman Wahid, tokoh ini menjadi bagian penting dalam perjalanan bangsa Indonesia. Sejarah telah mencatat peran Gus Dur dalam reformasi tahun 1998. Konsistensi Gus Dur dan keberpihakanya kepada rakyat merupakan faktor penting yang mengantarkan beliau pada kursi kepresidenan. Gus Dur menjadi tokoh penting yang harus dikenal oleh generasi bangsa baik lewat pemikiran maupun tindakan. Mengenalkan Gus Dur pada generasi pasca reformasi adalah hal yang ‘susah-susah mudah’. Tingkat kesusahanya karena pengaruh global terhadap lingkungan indifidualistik, tradisi konsumeris dan budaya hedonisme yang menjangkit kawula muda anak bangsa. Namun kita juga harus bersyukur karena literatur tentang Gus Dur semakin banyak kita jumpai baik berbentuk hasil riset maupun fiksi, sehingga mempermudah akses generasi bangsa mengenal lebih dekat sosok beliau.

Membaca Gus Dur seakan tidak pernah lepas dari kontrofersi. Pemikiran dan tindakan beliau sering kali dianggap ‘nyeleneh’ baik bagi warga Nahdliyin maupun masyarakat luas. Kecintaan Gus Dur terhadap sesama manusia beliau tunjukan dengan aksi pembelaan terhadap kaum minoritas dan mustad‘afin. Dengan segala resiko Gus Dur seakan tidak perduli atas cercaan dan pandangan negatif dari penilaian publik. Gus Dur seakan mengajarkan kepada kita semua bahwa kemanusiaan tidak mengenal kelas. 

Lingkungan pesantren dan keluarga juga mempengaruhi aspek spiritualitas Gus Dur. Nur Khalik Ridwan penulis Suluk Gus Dur menjelaskan secara detil laku sufistik seorang Abdurrahman seperti Sholat malam, Dzikir langgeng, sabar, syukur, memaafkan, tawakal ,qona’ah, cinta kasih sayang, berziarah dan bersholawat. Laku sufisme Gus Dur inilah merupakan faktor tresenden yang membuat Gus Dur tidak pernah takut dimata manusia dan dicintai sesama manusia. 

Kebesaran Gus Dur tidak pernah terkurang meski banyak cercaan dan pendzoliman terhadap beliau. Terbukti setelah beliau wafat orang berduyun-duyun datang hilir mudik menziarahi makam beliau. Baik masyarakat sipil, politisi, budayawan, agamawan. Apapun jabatanya, rasnya, agamanya mereka datang kepada Gus Dur sebagai ‘manusia’ seperti halnya Gus Dur yang selalu membela sesamanya atas dasar kemanusiaan.

Gus Dur sendiri tidak pernah melakukan pembelaan terhadap dirinya atas tindakan dan pikiran beliau yang dinilai kontrofersial. Membiarkan sejarah yang akan berbicara siapa yang benar dan siapa yang salah. Selagi tidak melanggar perintah dan larangan-Nya kenapa kita harus takut salah dimata manusia.? Gitu Aja kok repot. 

Betapa penting meneladani sosok Gus Dur. Dan mendemonstrasikan nilai-nilai ketauhidan, kemanusiaan, keadilan, kesetaraan, pembebasan, persaudaraan, kesederhanaan, keksatriyaan, dan menghargai kearifan lokal. Implementasi dan kontekstualisasi adalah kunci dari nilai-nilai diatas sebagai fondasi untuk menjadi umat yang bhineka namun tetap ‘ika’ dalam harmoni. Maka Gus Dur tidak pernah ‘mati’ dan akan selalu membela kaum lemah tanpa menuntut dan perlu untuk dibela. Wallahu A’lam.

Malang-30-10-2015.

Related Posts

Artikel 340977245204216653

Posting Komentar

Search

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Pengikut