Aku (?)
Aku adalah anak yang tidak diterima oleh sejarah. ya, memang itu yang selama ini aku rasakan. umurku sekarang sudah 9 thn. sejak kelahiranku 2007 silam, aku merasa senang terlahir dilingkungan yang nyaman dengan tetangga yang humanis. namun takdir boleh dikata apa, tepat pada usiaku mencapai 7 tahun tiba-tiba wajah tetanggaku dan saudaraku selama ini merah padam menolak kehadiranku yang sejak awal memang menjadi perebutan. ya, perebutan antara ibu dan bapaku. keluargaku memang broken home sejak aku pertama melihat pahitnya dunia.
sejak kecil aku selalu nyaman dalam pelukan kasih sayang ibuku. ditambah dua saudara dan lingkungan keluargaku yang humanis. namun sejarah telah menolaku sebagai seorang anak yang dirindukan oleh masa. suatu ketika aku pernah bertanya pada ibuku "Bu, kenapa aku ditolak oleh keluarga dan lingkunganku sendiri?. bukankah sejak kecil selama 7 tahun kita hidup rukun bersama, setiap kali ada masalah kita selesaikan bersama?"
"anaku, kau adalah anak yang cerdas diantara saudara-saudaramu. diusia belia prestasimu telah melampaui saudara-saudaramu"
"bukankah kelebihan dan kekurangan itu datangnya dari Tuhan bu? kenapa aku dikucilkan? bahkan ketika ayah memintaku dimasa-masa pergantian kematangan usiaku tidak ada satu pun yang menanggisi kepergianku. bahkan mereka nampak bergembira layaknya aku ini bukan saudaranya."
"nak, kelak sejatah akan mencatat. percayalah, orang yang lantang membicarakan kebenaran dengan kecerdasan dan prestasinya dia akan dikucilkan oleh lingkungan yang memang dislubungi kegelapan"
pesan ibuku itu selalu aku ingat hingga kini usiaku telah menginjak remaja. ini tahun ketiga saya berpisah dari rumah yang mendidiku, mengajarkanku menjadi orang bijaksana yang senantiasa menyampaikan kebenaran dan melawan setiap ketidak adilan. Setidaknya prinsip dan kepribadian itu telah menjadikanku dikenal sebagai seorang anak yang berani dan cerdas.
tahun pertama dirumah baruku bersama ayah. aku disambut gegap gempita oleh saudara-saudaraku. "akhirnya adik kembali kerumah yang sebenarnya, kusambut adik sebagai saudara" aku masih sangat hafal ucapan itu, ucapan dari kakak tertua dikeluarga baruku.
kehadiranku dirumah baru nampaknya disadari memberi banyak perubahan, bahkan ayah memujiku habis-habisan. tenagaku, pikiranku diperas untuk mengembalikan citra keluargaku sebagai keluarga tertua dan terbesar yang solit dan bermanfaat bagi sekitar kami. namun ueforia kebanggaan dan kecintaan mereka serasa semu kini. ya, ditahun kedua semuanya berubah. nampaknya kakak tertua tidak menyukai kehadiranku lantaran aku selalu dipuji oleh ayah dan saudara yang lain. beberapa upaya pun kakak lakukan demi merusak citraku dimata saudara dan ayah. ruang bermainku kini serasa sempit penuh sesak oleh beragam kepentingan. aku kembali bertanya pada diriku sendiri dan Tuhanku. bukankah kecerdasan dan keberanian menyampaikan kebenaran adalah karuniaMu. aku tak mau seperti yusuf yang dicelakakan saudara-saudaranya yang dipenuhi kegelapan kebenaran. Tiba-tiba aku terngiang ucapan Gie " Soekarno, Sjahrir, Hatta, Tan Malaka mereka besar karena melawan.! ". Aku terbangun dari mimpiku yang aku ingat dari mimpiku hanya pesan ibuku "Lawan segala ketidakadilan bukankah kau anak yang cerdas dan berani nak jangan tunduk pada realitas, kelak sejarah akan mencatat keberanianmu".
Posting Komentar