Agama Marxis

Unknown Reply 09.09




“Marx telah menemukan satu fakta sederhana, bahwa yang pertama kali dicari manusiaadalah makan, minum, tempat bernaung, dan pakaian. Jauh sebelum mereka mengejar apa itu politik ilmu pengetahuan, seni, dan Agama.[1]
-Friedrich Engels- 

            Tidak bisa dipungkiri bahwa Karl Marx (1818-1883) adalah tokoh yang turut serta mewarnai dinamika Ideologi besar dunia. Marxisme dengan revolusi kelasnya telah menjadi cita-cita ideal yang diperjuangkan para tokoh revolusioner terutama di negara-negara ketiga. Namun sadar atau tidak perubahan ajaran Marxis ke komunis telah mengantarkan kepada variansi pemahaman dan gerakan baru dalam sejarah perubahan sosial, sebuah gerakan yang dianggap meniadakan agama bahkan anti terhadap agama. Benarkah marxisme melarang agama.?, Benarkah islam dan Marxis kontradiktif.?, Atau jangan-jangan ajaran marxisme sendiri telah dikultuskan menjadi sebuah agama bagi pengikutnya.?. Berikut ini penulis mencoba menyoal pemahaman yang diangap tabu di masa orde baru tentang Marxisme dan komunisme memandang agama.

Agama adalah candu
           
           Membicarakan hal-hal tentang ideologi dan superstruktur pada ahirnya akan menggiring kita pada pembahasan agama. inti pandangan Marx dalam konteks ini sangat mengejutkan. Marx mempunya dua tipologi dalam membicarakan agama terkadang secara baik, namun tidak jarang berubah sangat kasar dan cenderung anti agama. Menurutnya, agama sama sekali adalah sebuah ilusi. Rasa takut adalah sebuah ilusi dengan konsekuensi sangat menyakitkan. Agama adalah bentuk ideologi yang paling ekstrim dan nyata –sebuah sistem kepercayaan yang tujuan utamanya adalah dapat memeberikan alasan dan hukum-hukum agar seluruh elemen masyarakat dapat berjalan beriringan dengan kemauan penguasa.[2]
            Marx menegaskan bahwa kepercayaan terhadap Tuhan atau dewa-dewa adalah lambang kekecewaan atas kekalahan dalam perjuangan kelas. Dan hal ini cukup memalukan baginya. Marx sendiri sedari mudah telah memutuskan untuk menjadi seorang atheis. Dia membubuhkan kata-kata Promotheus dari legenda yunani kuno sebagai mottonya, “Aku benci semua dewa”. Alasan Marx karena dewa-dewa tersebut tidak mengakui bahwa kesadaran diri manusia adalah derajat ketuhanan tertinggi.[3]
            Pandangan-pandangan diatas adalah sebagian dari pandangaan Marx mengenai agama. Salah satu ungkapan Marx yang sering disetir oleh kebanyakan marxisme adalah ungkapan Karl Marx mengenai agama sebagai candu masyarakat :

Kepedihan yang dialami manusia dalam agama pada saat yang sama adalah ekspresi kepedihan yang lebih dalam, yaitu kepedihan dalam ekonomi dan merupakan bentuk protes melawan kepedihan yang lebih dalam tersebut. Agama adalah lambang ketertindasan, agama adalah hati dari sebuah dunia yang tidak punya nurani, agama adalah roh dari keadaan yang tidak punya jiwa sama sekali . Agama adalah candu Masyarakat.

            Sebebnarnya kalau kita telusuri tesis-tesis Marx mengenai agama kebanyakan merupakan gambaran seorang Karl Marx yang mempunyai pikiran utopis tentang perubahan kelas yang hingga akhir hidupnya tidak terealisasi, meski secara ajaran tetap bertahan hingga kini. Kebencian terhadap dominasi gereja juga membentuk pandangan Marx mengenai agama. Sebenarnya Marx bukan membenci Allah, yesus, dan semua Tuhan di berbagai agama. Namun yang dibenci oleh Marx pada masanya adalah dominasi gereja dan pemuka-pemuka agama yang hanya bisa menggiring masyarakat untuk bersabar dan berdoa saat tertindas. Maka opium adalah gambaran bagi agama menurut Marx. Bila diibaratkan proletar adalah orang yang terluka maka Agama adalah opium yang bisa mengobati sesaat, dan membuat masyarakat untuk tidak melawan melainkan berdoa dan mengharap pada nilai trensenden disaat mereka terluka,  dan hal ini jelas kontra matrealisme. 

Marxisme dan Islam

            Benarkah gagasan marxisme yang dinilai anti-theis tidak dapat bergumul dengan Islam sebagai agama yang monotheis.?. Pertanyaan nakal semacam ini sebenarnya bukan gagasan singkretisme, maupun eklektisme. Namun pertanyaan ini menelisik nilai-nilai inti yang diperjuangkan Marxisme dengan Islam. Sebenarnya dua hal ini tidak bisa dibandingkan Marxisme yang hasil pikiran manusia, dan Islam yang merupakan Agama semit yang diwahyukan Allah SWT kepada Muhammad SAW dan seluruh umatnya, begitu pula dalam hal kajian. Marxisme sebagai penalaran rasional dan objektif, dan Islam sebagai keimanan dan kepercayaan. Kebenaran diantara keduanya juga berbeda, agama bersifat absolut sedang Marxisme merupakan ideologi bersifat relatif nan hipotesis. Namun tidak ada niatan untuk mencederai Islam sebagai agama yang selamat, perlu kiranya narasi ini penulis sajikan hanya untuk diskursus keilmuan, bukankah Islam adalah agama progresif yang memperjuangkan keadilan dan persamarataan.? Dan Marxisme adalah ideologi yang dimata penulis mempunyai misi yang sama secara konteks sosial. 

            Sebenarnya semangat teologi pembebasan yang dituliskan Asghar Ali Enginer, Ali Syari’ati, Hasan Hanafi dan tokoh-tokoh kiri Islam lainya sedikit banyak terilhami oleh dua tokoh besar yakni, Muhammad SAW dan Karl Marx. Semangat memperjuangan keadilan dan membelah kaum tertindas (Mustad’afin/Proletar) telah menjadi teladan bagi para kiri Islam. Al-qur’an sebagai pegangan umat Islam juga memuat ayat-ayat yang bernada seruan revolusi pada umat Islam. Seperti, “kaanan nasu ummatan wahidatan”, Al-Hujarat ’13, Innallaha la yughoyiru ma bi qoumin, hatta yughoiyiru ma bianfusihim dan ayat-ayat yang senada dengan perjuangan lainya.

            Pada intinya penulis beranggapan bahwa Marxisme dan Islam mempunyai nilai-nilai perjuangan konteks kemanusiaan yang senada. Maka keduanya secara perjuangan kemanusiaan tidak kontradiktif layaknya air dan minyak. Mengingat Tan Malaka, Haji Misbah mereka bukanlah orang yang tidak bertuhan mereka Islam bahkan muslim yang taat, namun mereka berkeyakinan bahwa dengan mengabungkan Pan-Islamisme dan komunisme mempunyai power untuk perubahan dunia dan penghapusan imperialisme oleh dunia barat. Sayangnya gagasan tersebut di tolak oleh Stalin, gagasan tersebut disampaikan oleh tokoh komunis indonesia diwakili datuk Tan Malaka. Jadi bila ditelisik secara historis pengawinan Marxisme dan Islam pernah terjadi di Indonesia, bukankah embrio dari PKI adalah Syarekat Islam.?

 Marxisme sebagai Agama

            Orang-orang yang tidak mempercayai Tuhan dengan landasan Marxisme adalah mereka yang diam-diam menanggalkan agamanya dan menganti Marxisme sebagai agama. Bagaimana tidak tindakan peralihan dari theis ke atheis dengan alasan ajaran Marxis menegasikan Tuhan dan agama maka sejatinya orang macam ini telah meyakini Marxisme sebagai ajaran yang absolut, berarti orang macam ini belum tuntas secara ideologi dan mentah-mentah melahap gagasan Karl Marx. Variansi pemeluk ideologi seperti ini yang biasa kita sebut fanatisme buta, penyebabnya bisa karena minimnya wawasan maupun keimanan yang lemah. Mereka yang meningalkan agama karena Marxis akan dilanda kegelisahan karena marxisme hanya pengobat rasio, bukan hati –intuisi—karena ketenangan ini hanya ada pada agama.

            Sebastian seorang buruh yang membakar diri disaat may day 2015 di Gelora Bung Karno adalah contoh bagaimana orang kiri yang tidak beragama. Andai dia beragama pasti tindakan bunuh diri semacam itu minim kemungkinanya untuk dilakukan karena bertentangan dengan ajaran Islam. Waba’du, mari membedakan dan mengunakan pengetahuan sebagai wawasan maupun ideologi dengan benar, karena jika tidak dua hal ini dapat tumpang tindih dan membuat manusia lebih mulia dari malaikat, atau bahkan lebih hina dari binatang. Salam kiri Islam.Wallahu A’lam.


[1] Speech at Graves of Karl Marx
[2] Seven Theories of Relegion
[3] Mclellan, KarlMarx, hlm. 37

Related Posts

Artikel 8558403388562926423

Posting Komentar

Search

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Pengikut