Agama Marxis
“Marx
telah menemukan satu fakta sederhana, bahwa yang pertama kali dicari
manusiaadalah makan, minum, tempat bernaung, dan pakaian. Jauh sebelum mereka
mengejar apa itu politik ilmu pengetahuan, seni, dan Agama.[1]”
-Friedrich
Engels-
Tidak
bisa dipungkiri bahwa Karl Marx (1818-1883) adalah tokoh yang turut serta
mewarnai dinamika Ideologi besar dunia. Marxisme dengan revolusi kelasnya telah
menjadi cita-cita ideal yang diperjuangkan para tokoh revolusioner terutama di
negara-negara ketiga. Namun sadar atau tidak perubahan ajaran Marxis ke komunis
telah mengantarkan kepada variansi pemahaman dan gerakan baru dalam sejarah
perubahan sosial, sebuah gerakan yang dianggap meniadakan agama bahkan anti
terhadap agama. Benarkah marxisme melarang agama.?, Benarkah islam dan Marxis
kontradiktif.?, Atau jangan-jangan ajaran marxisme sendiri telah dikultuskan
menjadi sebuah agama bagi pengikutnya.?. Berikut ini penulis mencoba menyoal
pemahaman yang diangap tabu di masa orde baru tentang Marxisme dan komunisme
memandang agama.
Agama adalah candu
Membicarakan
hal-hal tentang ideologi dan superstruktur pada ahirnya akan menggiring kita
pada pembahasan agama. inti pandangan Marx dalam konteks ini sangat
mengejutkan. Marx mempunya dua tipologi dalam membicarakan agama terkadang
secara baik, namun tidak jarang berubah sangat kasar dan cenderung anti agama.
Menurutnya, agama sama sekali adalah sebuah ilusi. Rasa takut adalah sebuah
ilusi dengan konsekuensi sangat menyakitkan. Agama adalah bentuk ideologi yang
paling ekstrim dan nyata –sebuah sistem kepercayaan yang tujuan utamanya adalah
dapat memeberikan alasan dan hukum-hukum agar seluruh elemen masyarakat dapat
berjalan beriringan dengan kemauan penguasa.[2]
Marx
menegaskan bahwa kepercayaan terhadap Tuhan atau dewa-dewa adalah lambang
kekecewaan atas kekalahan dalam perjuangan kelas. Dan hal ini cukup memalukan
baginya. Marx sendiri sedari mudah telah memutuskan untuk menjadi seorang
atheis. Dia membubuhkan kata-kata Promotheus dari legenda yunani kuno sebagai
mottonya, “Aku benci semua dewa”. Alasan Marx karena dewa-dewa tersebut tidak
mengakui bahwa kesadaran diri manusia adalah derajat ketuhanan tertinggi.[3]
Pandangan-pandangan
diatas adalah sebagian dari pandangaan Marx mengenai agama. Salah satu ungkapan
Marx yang sering disetir oleh kebanyakan marxisme adalah ungkapan Karl Marx
mengenai agama sebagai candu masyarakat :
Kepedihan
yang dialami manusia dalam agama pada saat yang sama adalah ekspresi kepedihan
yang lebih dalam, yaitu kepedihan dalam ekonomi dan merupakan bentuk protes
melawan kepedihan yang lebih dalam tersebut. Agama adalah lambang
ketertindasan, agama adalah hati dari sebuah dunia yang tidak punya nurani,
agama adalah roh dari keadaan yang tidak punya jiwa sama sekali . Agama adalah
candu Masyarakat.
Sebebnarnya
kalau kita telusuri tesis-tesis Marx mengenai agama kebanyakan merupakan
gambaran seorang Karl Marx yang mempunyai pikiran utopis tentang perubahan
kelas yang hingga akhir hidupnya tidak terealisasi, meski secara ajaran tetap
bertahan hingga kini. Kebencian terhadap dominasi gereja juga membentuk
pandangan Marx mengenai agama. Sebenarnya Marx bukan membenci Allah, yesus, dan
semua Tuhan di berbagai agama. Namun yang dibenci oleh Marx pada masanya adalah
dominasi gereja dan pemuka-pemuka agama yang hanya bisa menggiring masyarakat
untuk bersabar dan berdoa saat tertindas. Maka opium adalah gambaran bagi agama
menurut Marx. Bila diibaratkan proletar adalah orang yang terluka maka Agama
adalah opium yang bisa mengobati sesaat, dan membuat masyarakat untuk tidak
melawan melainkan berdoa dan mengharap pada nilai trensenden disaat mereka
terluka, dan hal ini jelas kontra
matrealisme.
Marxisme dan Islam
Benarkah
gagasan marxisme yang dinilai anti-theis tidak dapat bergumul dengan
Islam sebagai agama yang monotheis.?. Pertanyaan nakal semacam ini sebenarnya
bukan gagasan singkretisme, maupun eklektisme. Namun pertanyaan ini menelisik
nilai-nilai inti yang diperjuangkan Marxisme dengan Islam. Sebenarnya dua hal
ini tidak bisa dibandingkan Marxisme yang hasil pikiran manusia, dan Islam yang
merupakan Agama semit yang diwahyukan Allah SWT kepada Muhammad SAW dan seluruh
umatnya, begitu pula dalam hal kajian. Marxisme sebagai penalaran rasional dan
objektif, dan Islam sebagai keimanan dan kepercayaan. Kebenaran diantara
keduanya juga berbeda, agama bersifat absolut sedang Marxisme merupakan
ideologi bersifat relatif nan hipotesis. Namun tidak ada niatan untuk
mencederai Islam sebagai agama yang selamat, perlu kiranya narasi ini penulis
sajikan hanya untuk diskursus keilmuan, bukankah Islam adalah agama progresif
yang memperjuangkan keadilan dan persamarataan.? Dan Marxisme adalah ideologi
yang dimata penulis mempunyai misi yang sama secara konteks sosial.
Sebenarnya
semangat teologi pembebasan yang dituliskan Asghar Ali Enginer, Ali Syari’ati,
Hasan Hanafi dan tokoh-tokoh kiri Islam lainya sedikit banyak terilhami oleh
dua tokoh besar yakni, Muhammad SAW dan Karl Marx. Semangat memperjuangan
keadilan dan membelah kaum tertindas (Mustad’afin/Proletar) telah menjadi
teladan bagi para kiri Islam. Al-qur’an sebagai pegangan umat Islam juga memuat
ayat-ayat yang bernada seruan revolusi pada umat Islam. Seperti, “kaanan
nasu ummatan wahidatan”, Al-Hujarat ’13, Innallaha la yughoyiru ma bi qoumin,
hatta yughoiyiru ma bianfusihim dan ayat-ayat yang senada dengan perjuangan
lainya.
Pada
intinya penulis beranggapan bahwa Marxisme dan Islam mempunyai nilai-nilai
perjuangan konteks kemanusiaan yang senada. Maka keduanya secara perjuangan
kemanusiaan tidak kontradiktif layaknya air dan minyak. Mengingat Tan Malaka,
Haji Misbah mereka bukanlah orang yang tidak bertuhan mereka Islam bahkan
muslim yang taat, namun mereka berkeyakinan bahwa dengan mengabungkan
Pan-Islamisme dan komunisme mempunyai power untuk perubahan dunia dan
penghapusan imperialisme oleh dunia barat. Sayangnya gagasan tersebut di tolak
oleh Stalin, gagasan tersebut disampaikan oleh tokoh komunis indonesia diwakili
datuk Tan Malaka. Jadi bila ditelisik secara historis pengawinan Marxisme dan
Islam pernah terjadi di Indonesia, bukankah embrio dari PKI adalah Syarekat
Islam.?
Marxisme sebagai Agama
Orang-orang
yang tidak mempercayai Tuhan dengan landasan Marxisme adalah mereka yang
diam-diam menanggalkan agamanya dan menganti Marxisme sebagai agama. Bagaimana
tidak tindakan peralihan dari theis ke atheis dengan alasan
ajaran Marxis menegasikan Tuhan dan agama maka sejatinya orang macam ini telah
meyakini Marxisme sebagai ajaran yang absolut, berarti orang macam ini belum
tuntas secara ideologi dan mentah-mentah melahap gagasan Karl Marx. Variansi
pemeluk ideologi seperti ini yang biasa kita sebut fanatisme buta, penyebabnya
bisa karena minimnya wawasan maupun keimanan yang lemah. Mereka yang
meningalkan agama karena Marxis akan dilanda kegelisahan karena marxisme hanya
pengobat rasio, bukan hati –intuisi—karena ketenangan ini hanya ada pada agama.
Sebastian
seorang buruh yang membakar diri disaat may day 2015 di Gelora Bung Karno
adalah contoh bagaimana orang kiri yang tidak beragama. Andai dia beragama
pasti tindakan bunuh diri semacam itu minim kemungkinanya untuk dilakukan
karena bertentangan dengan ajaran Islam. Waba’du, mari membedakan dan
mengunakan pengetahuan sebagai wawasan maupun ideologi dengan benar, karena
jika tidak dua hal ini dapat tumpang tindih dan membuat manusia lebih mulia
dari malaikat, atau bahkan lebih hina dari binatang. Salam kiri Islam.Wallahu
A’lam.
Posting Komentar