Pentingnya berpikir dan beribadah

Unknown Reply 09.35





            Berpikir dan beribadah merupakan dua pesan yang disampaikan oleh Allah terhadap seluruh umat Islam, sebagaimana termaktub dalam firman-Nya “Katakan (Hai Muhammad), Aku hanya menasehatkan satu perkara saja kepada kamu semua, yaitu hendaknya kamu berdiri menghadap Allah, berdua-dua maupun sendirian, kemudian kamu berpikir”(QS.Saba’/34;46). Ada dua hal yang urgen dalam firman diatas namun mempunyai substansi yang satu yakni beribadah dan berpikir.
Bagi kita umat Islam ibadah adalah kewajiban sebagai rukun atas keislaman kita, dan berpikir adalah sebuah kewajiban pula sebagai tugas Khalifah di bumi-Nya. Jadi, sudah jelas antara beribadah dan berpikir adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Beribadah selain menjadi kewajiban merupakan sebuah pendekatan personal antara seorang hamba dengan Tuhanya, dengan beribadah kita dapat merefleksikan bahwa kita adalah ciptaan Allah dan suatu saat akan kembali kepada-Nya pula.
 
            Adapaun relevansi berpikir sebagai gandengan atas ubudiyah, bahwa kita tidak dibenarkan begitu saja melakukan sesuatu yang kita anggap baik sebagai dorongan atas beribadah kita, namun tanpa pengetahuan yang diperlukan untuk merealisasikan secara benar. Dari sinilah kita menemukan titik temu atas firman Allah dalam (QS.al-mujadalah/58;11) bahwa keunggulan akan diberikan Allah kepada mereka yang beriman dan berilmu. Jadi bukan hanya beriman saja tanpa ilmu, dan juga bukan berilmu saja tanpa iman, iman yang ditopang dengan pengetahuan akan mendapat derajat yang mulia disisiNya.

            Nah, dari sini sudah barangtentu rasionalitas dan intuisi harus berjalan beriringan. relevansi gerak hati dan pikiran merupakan epistemologi atas nilai-nilai esoterisme dalam Islam. Maka apa yang ditulis oleh M. Iqbal dalam bukunya “The recognition of Thought in Islam” yang kemudian diterjemahkan oleh Ali Audah, Taufiq Ismail, dan Gunawan Muhamad dalam bahasa Indonesia  “Rekonstruksi pemikiran agama dalam Islam”. Melalui buku tersebut Iqbal mencoba mengkonstruk kembali pemikiran kita dalam beragama, salah satu point yang penting dalam pemikiran Iqbal yakni empirisme religius dan pengetahuan, bahwa lewat pengalaman spiritual yang dapat dirasionalkan merupak jawaban atas kegelisahan para Ulul Albab yang tiada henti-hentinya memikirkan nilai esoterisme dalam Islam dan alam semesta.

            Maka jelaslah sudah pentingnya ubudiyah dan berpikir bagi umat islam, dengan pengawinan Intuisi dan rasionalitas. Seperti syair kerinduan M. Iqbal sebagai berikut :
Bagi barat penalaran (akal) merupakan instrumen kehidupan;
Bagi timur rahasia alam semesta terletak pada cinta (‘Isyq)
Dengan bantuan cinta akal akan berkenalan dengan realitas;
Sedangkan untuk pengetahuan fondasinya, cinta menerima kekuatan dari akal.
Bila cinta dan penalaran saling berpelukan,
Akan terciptalah sebuah dunia baru;
Oleh sebab itu, bangkitlah dan bangunlah sebuah dunia baru itu.
Dengan mengawinkan cinta dan penalaran.

            Semoga narasi Ikbal diatas dapat mengantarkan dan mampu menjadi narasi reflektif kader-kader PMII untuk selalu ber-dzikir, ber-fikir, dan menyelesaikan tugas sosialnya dengan beramal sholeh demi terciptanya dunia baru yang bukan hanya menuntut manusia berpikir rasional semata, namun juga menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
WallahuA’lam

Malang-29-10-2014

Related Posts

Artikel 7917991629654656546

Posting Komentar

Search

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Pengikut