Kontra Pancasila, PKI atau HTI.?
Belakangan ini publik dan media sedang gencar mengabarkan desas-desus kebangkitan PKI. Phobia terhadap PKI terasa sangat berlebihan. Gimana gak berlebihan, wong yang di takuti sudah tidak ada fisiknya. Sebuah ketakutan yang tidak masuk akal, ditengah kemelekan peradaban dan era digital. Karena pada dasarnya takut terhadap hal yang sudah tidak ada sama halnya mitos belaka apalagi sekedar takut dengan atribut palu arit. Ah, mungkin mereka pakar semiotika.
Sekarang coba kita melihat pada realita. Bukan sekedar membaca masalalu tapi lebih pada perkembangan hari ini. Secara ideologis, phobia terhadap PKI dikarenakan kontra-Pancasila dan NKRI. Kita takut kalau ideologi dan negara kita berganti komunisme. Lantas bagaiaman dengan Khilafah.?, sebuah dengungan proyek kontra-Pancasila dan demokrasi oleh kelompok islam Hizbut Tahrir Indonesia. Yang lebih nyata dan benar-benar ada hari ini, ketimbang hantu bernama PKI.
Selama masih ada ketidak adilan dan kesewenang-wenangan, selama itu pula perlawanan masih bersemayam. Masyarakat seolah disuguhkan konsumsi logika pemodal serta rezim orde baru, yang takut jika melihat orang pintar berkumpul, bergerilya, dan mengorganisir perlawanan. Jika memang yang kita perjuangkan adalah nasionalisme, dan Pancasila sebagai ideologi bersama maka apa yang lebih kita takuti dari sekedar pemikiran Marxisme-Leninisme yang secara praktik politik sudah hilang di Indonesia. Justru kita harus mawas diri dan lebih berhati-hati pada organ yang secara lantang mengatakan Indonesia, Pancasila, Sistem dan jajaran pemerintahnya adalah Thagut (SETAN). Dimana reaksi keberpihakan aparat dan militer kita atau karena mereka tidak sadar sedang di setankan, entahlah yang pasti ini konyol bagi orang yang mengaku bahwa nasionalisme dan NKRI merupakan harga mati.
Seharusnya sebagai masyarakat modern kita tidak segapang ini dibenturkan oleh isu-isu yang mempolarisasi rakyat terlebih isu tersebut utopis nan gak etis. Tindak kekerasan yang mengatasnamakan Pancasilais sejati, perlu dipertanyakan ia benar-benar faham Pancasila atau mengunakan Pancasila sebagai alasan kontra-kemanusiaan yang justru menjadi value Pancasila itu sendiri.
Mari merenung bersama. Bahwa Pancasila menjunjung tinggi ketuhanan, kemanusiaan, permusyawaratan, keadilan serta kesejahteraan. Seharusnya yang kita pukul mundur bukan saudara kita yang hanya memakai atribut PKI, serta sekedar membaca Manifest Komunis, Das kapital, dan roan-roman Pramoedya. Tapi yang perlu kita pukul mundur adalah upaya de-Pancasilais, de-Indonesianis, yang dilakukan oleh HTI dan gerakan politik transnasional lainya. Wong PKI saja kok di takuti, ISIS dan HTI lebih nyata dari sekedar isu-isu murahan tentang kebangkitan PKI.
Sekarang coba kita melihat pada realita. Bukan sekedar membaca masalalu tapi lebih pada perkembangan hari ini. Secara ideologis, phobia terhadap PKI dikarenakan kontra-Pancasila dan NKRI. Kita takut kalau ideologi dan negara kita berganti komunisme. Lantas bagaiaman dengan Khilafah.?, sebuah dengungan proyek kontra-Pancasila dan demokrasi oleh kelompok islam Hizbut Tahrir Indonesia. Yang lebih nyata dan benar-benar ada hari ini, ketimbang hantu bernama PKI.
Selama masih ada ketidak adilan dan kesewenang-wenangan, selama itu pula perlawanan masih bersemayam. Masyarakat seolah disuguhkan konsumsi logika pemodal serta rezim orde baru, yang takut jika melihat orang pintar berkumpul, bergerilya, dan mengorganisir perlawanan. Jika memang yang kita perjuangkan adalah nasionalisme, dan Pancasila sebagai ideologi bersama maka apa yang lebih kita takuti dari sekedar pemikiran Marxisme-Leninisme yang secara praktik politik sudah hilang di Indonesia. Justru kita harus mawas diri dan lebih berhati-hati pada organ yang secara lantang mengatakan Indonesia, Pancasila, Sistem dan jajaran pemerintahnya adalah Thagut (SETAN). Dimana reaksi keberpihakan aparat dan militer kita atau karena mereka tidak sadar sedang di setankan, entahlah yang pasti ini konyol bagi orang yang mengaku bahwa nasionalisme dan NKRI merupakan harga mati.
Seharusnya sebagai masyarakat modern kita tidak segapang ini dibenturkan oleh isu-isu yang mempolarisasi rakyat terlebih isu tersebut utopis nan gak etis. Tindak kekerasan yang mengatasnamakan Pancasilais sejati, perlu dipertanyakan ia benar-benar faham Pancasila atau mengunakan Pancasila sebagai alasan kontra-kemanusiaan yang justru menjadi value Pancasila itu sendiri.
Mari merenung bersama. Bahwa Pancasila menjunjung tinggi ketuhanan, kemanusiaan, permusyawaratan, keadilan serta kesejahteraan. Seharusnya yang kita pukul mundur bukan saudara kita yang hanya memakai atribut PKI, serta sekedar membaca Manifest Komunis, Das kapital, dan roan-roman Pramoedya. Tapi yang perlu kita pukul mundur adalah upaya de-Pancasilais, de-Indonesianis, yang dilakukan oleh HTI dan gerakan politik transnasional lainya. Wong PKI saja kok di takuti, ISIS dan HTI lebih nyata dari sekedar isu-isu murahan tentang kebangkitan PKI.
Posting Komentar