Cerdas Bersosial Media
Kita
hidup di era revolusi digital. Dimana generasi milineal lebih butuh kuota data
tiap bulanya dari pada empat sehat lima sempurna (Pesan moral guru IPA). Media
sosial menjadi tonggak perubahan cukup signifikan bagi kehidupan sosial
masyarakat Indonesia. Dari mulai pusat informasi hingga lapak mencari sesuap
nasi. Namun tidak jarang juga sosial media mencipta malapetaka. Dari judi
online, porstitusi online hingga jualan agama pun dionlinekan, semua dipertontonkan
lewat layar maya bernama sosial media.
Gadget
dan internet menjadi dua benda yang tidak terpisah oleh generasi milenial. Dari
tua hingga yang muda semua asik berselancar ria di sosial media. Norma, Etika
dan budaya seringkali ditrabas atas nama hak asasi pengguna. Namun kebebasan
kita bersosial media dibatasi oleh kebebasan pengguna sesama. Meski saya kurang
setuju dengan fatwa MUI mengenai sosial media, kita hanya butuh
kesadaran untuk kembali menemukan jati diri kita sebagai orang indonesia yang
santun, respect, damai, plural, beradab nan berbudaya.
Di
hari sosial Media, saya tidak berharap tanggal merah dan hari libur nasioanal
(Karena pahlawan kita melawan penjajah tidak sebercanda selfie narsis di sosial
media). Sebagai pengguna sosial media harapan saya hanya satu “Jangan kotori
sosial media dengan makian, hinaan, propaganda perpecahan. Terlebih keluhan dan
ratapan pada Tuhan berdo’alah dengan baik sesuai yang di ajarkan agamamu, selain alasan kesopanan serta Tuhan tidak
punya akun media sosial, percayalah bahwa Ia Maha Mendengar !”.
Sejak
masa kuliah (sebelum Afi Nihaya hits) saya gunakan media sosial sebagai tempat
mencari ilmu dan berbagi pengetahuan. Meski dalam hal berteman saya tidak pilah
pilih baik yang profesor hingga petani biasa kami berkawan mesra (Ups..berkawan
baik maksudnya). Media sosial juga tempat belajar bagi saya menyampaikan ide,
gagasan melalui tulisan. Tempat bersilaturahim bertukar kabar dan gelak tawa
kelakar. Oleh sebab itu saya kerasan bersosial media (dari mulai status fb
alay, sampai kembali alay pakek bekgrond kekinian hehehe).
Mari
fungsikan media sosial untuk merajut benang kusut di antara kita. Jangan jadi
pengguna yang medioker, penebar fitnah, gemar propaganda dengan dalih suku,
ras, dan agama yang berbeda. Karena Sosial media bukan hanya milik Jonru, Denny
Siregar dan sejawatnya. (Jangan biarkan media sosial kita ruwet, cukup hidup
hatters aja yang ruwet) Selamat hari sosial media, Make it enjoy boy!